Sejarah Kitab Aqidatul Awam

Kitab Nazhom Aqidatul Awam (عقيدة العوام) merupakan kitab yang berisi syair-syair (nadham) wacana Tauhid, kitab ini dikarang oleh Syaikh as-Sayyid al-Marzuqiy. Nama lengkap dia ialah Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan al-Marzuqiy al-Hasaniy wal Husainiy al-Malikiy, al-Mishriy al-Makkiy,, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir. Sepanjang waktu dia bertugas mengajar di Masjid Mekkah. Karena kepandaian dan kecerdasannya, dia lalu diangkat menjadi Mufti Mazhab Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261 H. Syaikh Ahmad al-Marzuqiy juga populer sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan Abu Alfauzi.
 
هو شيخ قراء مكة السيد الشريف الشيخ أبو الفوز أحمد بن محمد بن السيد رمضان المرزوقي الحسني والحسيني المالكي ، ‏ المصري ثم المكي ، والمرزوقي نسبة إلى العارف بالله مرزوق الكفافي . وآل المرزوقي مشهورون بالعلم والتقوى والورع
 
Salah satu guru dia ialah asy-Syaikh al-Kabir as-Sayyid Ibrahim al-‘Ubaidiy, dia ialah ulama yang berkonsentasi pada Qira’ah al-Asyrah (Qira’ah 10).
Dan diantara murid-murid dia ialah Syaikh Ahmad Damhan (1260 – 1345 H), Syaikh as-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232 – 1304 H), Syaikh Thahir at-Takruniy dan lain sebagainya.
 
Salah satu kitab yang dia karang ialah kitab Aqidatul Awam. Beliau mengarang kitab ini, bermula saat dia mimpi berjumpa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para Sahabatnya pada tamat malam Jum’at pertama di bulan Rajab.
 
Kitab Aqidatul ‘Awam telah dia rincikan dalam sebuah kitab syarah yang diberi nama Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (تحصيل نيل المرام لبيان منظومة عقيدة العوام), dan turut menawarkan syarah atas kitab ‘Aqidatul Awam yaitu Syaikh al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Bantaniy al-Jawiy asy-Syafi’i dengan nama kitab Nurudl Dlalam ‘alaa Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (نور الظلام على منظومة عقيدة العوام) dan juga kitab syarah yang dikarang oleh Syaikh Ahmad al-Qaththa’aniy al-‘Aysawiy dengan nama Tashil al-Maram liDaarisil Aqidatil Awam (تسهيل المرام لدارس عقيدة العوام).
 
Dalam kitab Nurudl Dlalam, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Jawiy menuturkan bahwa alasan Syaikh al-Marzuqiy menulis kitab tersebut ialah alasannya dia mimpi berjumpa dengan Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda,
 
اقرأ منظومة التوحيد التي من حفظها دخل الجنة ونال المقصود من كل خير وافق الكتاب والسنة
 
“Bacalah nadham Tauhid yang barangsiapa yang memeliharanya akan masuk nirwana dan tercapai tujuan (maksud) dari segala kebaikan yang selaras dengan Qur’an dan Sunnah”
Syaikh al-Marzuqiy berkata,
 
وما تلك المنظومة يا رسول الله
 
“Nadham-nadham apakah itu wahai Rasulullah ?”
Para sobat Nabi berkata,
 
اسمع من رسول الله ما يقول
 
“Dengarkanlah apa-apa yang akan Rasulullah katakan”
Rasulullah bersabda,
 
قل أبدَأُ باسْمِ اللهِ والرَّحْمنِ
 
“Katakanlah, Aku memulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang”
Maka, Syaikh al-Marzuqiy pun berkata,
 
أبدَأُ بِاسْمِ اللهِ والرَّحْمَنِ … إلى آخرها
 
“Aku memulai dengan menyebut Asma Allah yang Maha Penyayang …. (ilaa akhirihi, hingga nadham yang Rasulullah ajarkan selesai)”
Yaitu hingga pada bait,
 
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
 
Nabi pun berdo’a dan para Sahabat meng-Amin-kannya. Begitulah asal mula Syaikh al-Marzuqiy mengarang kitab ‘Aqidatul ‘Awam. Mula-mula nadhamnya berjumlah 26 bait, lalu Syaikh al-Marzuqiy menambahkan lagi sebanyak 31 bait hingga berjumlah 57 bait, alasannya kecintaan Syaikh al-Marzuqiy kepada Rasulullah. 31 nadham yang ditambahkan tersebut dimulai dengan bait berikut,
 
وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُولُ : فحَقُّهُ التسْليمُ وَالْقَبُولُ
 
Hingga selesai yaitu hingga pada bait,
 
أبْيَاتُهَا ( مَـيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَّل : تَارِيْخُها ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَّلِ
سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَام : مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَمَامِ
 
Huruf-huruf pada lafadz (مَـيْـز) dalam hitungan Jummal berjumlah 57 yaitu (م)=40, (ي)=10, (ز)=7. Angka 57 tersebut ialah jumlah dari nadham (bait) dari kitab ‘Aqidatul ‘Awam, oleh alasannya itu baitnya berbunyi,
“Jumlah bait-baitnya ialah (ميز) atau 57 menurut hitungan Jummal”
“Sejarahnya (selesainya) ialah (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) atau 1258 juga menurut hitungan Jummal”
Angka 1258 ialah tahun selesainya nadham ‘Aqidatul ‘Awam yaitu 1258 Hijriyah. Rincian dari kalimat (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) ialah (ل)=30, (ي)=10, (ح)=8, (ي)=10, (غ)=1000, (ر)=200.
Kitab yang sangat berharga dalam membangun aqidah ini, diawali dengan kebanggaan kepada Allah dan shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, keluarga, para Sahabat serta orang-orang yang mengikut jalan agama yang benar (Dinul Haq).
 
أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَن : وَبِـالـرَّحِـيـمِ دَائـِمِ الإحْـسَان
فالـحَـمْـدُ للهِ الـقَدِيْمِ الأوَّلِ : الآخِـرِ الـبَـاقـِيْ بِلا تـَحَـوُّلِ
ثـُمَّ الـصَّلاةُ وَالسَّلامُ سَرْمَدَا : عـَلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدا
وآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ : سَـبِـيلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
 
Berikutnya wacana sifat wajib bagi Dzat Allah dan juga sifat jaiz yang wajib diketahui oleh setiap kaum Muslimin yang mukallaf.
 
وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوبِ الْمَعْرِفَـهْ : مِنْ وَاجِـبٍ للهِ عِـشْرِينَ صِفَهْ
فـَاللهُ مَـوْجُـودٌ قـَدِيمٌ بَاقِـي : مُخَـالـِفٌ لِلْـخَـلْقِ بِالإطْلاقِ
وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ : قَـادِرٌ مُـريـدٌ عـَالِمٌ بكلِّ شَيْ
سـَمِـيعٌ البَـصِـيْـرُ والْمُتَكَلِـمُ : لَهُ صِـفَـاتٌ سَـبْـعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
فَقُـدْرَةٌ إرادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ : حَـيَـاةٌ الْـعِلْـمُ كَـلامٌ اسْـتَمَرْ
وَجَائـِزٌ بـِفَـضْـلِهِ و عَدْلِهِ : تـَرْكٌ لـِكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
 
Sifat yang wajib terdiri dari 20 sifat yaitu al-Wujud (ada). Dalam kitab Nurudl Dlolam dituturkan dalil yang memperlihatkan hal tersebut ialah firman Allah,
 
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
 
“Sesungguhnya Aku ini ialah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaaha : 14)
 
Dan dalam kitab al-‘Aqidah ad-Diniyyah karangan Syaikh Abdurrahman bin Saqaf bin Husain as-Saqaf al-‘Alwiy al-Husainiy asy-Syafi’i al-Asy’ariy dituturkan bahwa makna Wujud didalam haq Allah ialah menyakini secara niscaya (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa bersama-sama Allah itu ada secara haq (muhaqqaqan) tidak ada keraguan wacana hal itu, dan dalil yang menunjukkannya ialah firman Allah,
 
اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ, وَسَخَّر لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَآئِبَينَ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ , وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
 
“Allah-lah yang telah membuat langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia mengeluarkan dengan air hujan itu banyak sekali buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan perahu bagimu semoga perahu itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang, Dan Dia telah menawarkan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kau mohonkan kepadanya. Dan kalau kau menghitung ni’mat Allah, tidaklah sanggup kau menghinggakannya. Sesungguhnya insan itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)
 
Sifat yang bertentangan sifat Maujud atau sifat yang tidak mungkin bagi Haq Allah ialah al-‘Adam (ketiadaan). Berikutnya, al-Qadim (terdahulu), tidak ada awal bagi keberadaan Allah, tidak membuat diri-Nya sendiri dan tidak pula diciptakan oleh selain-Nya, menurut firman Allah,
 
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
 
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan” (QS. al-Ikhlas : 3)
 
Maksud dari sifat ini, dalam karya Syaikh as-Saqaf diterangkan ialah wajib bagi umat Islam beri’tiqad secara niscaya (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa keberadaan Allah ialah terdahulu dan tidak ada awalnya bagi keberadaan Allah, dalil wacana hal ini adalah,
 
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
 
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadiid : 3)
Maka dari itu tidak mungkin bagi Allah mempunyai sifat al-Huduts (baru).

 
Diatas ialah sekilas wacana klarifikasi dua sifat wajib Allah dalam nadham ‘Aqidatul Awam dari kitab syarahnya yaitu kitab Nurudl Dlalam karya Imam an-Nawawiy ats-Tsani al-Jawiy dan juga disertai klarifikasi dari kitab ad-Aqidah ad-Diniyah karya Syaikh as-Saqaf yang banyak di ajarkan disekolah-sekolah Islam Ahl as-sunnah wal al-Jama’ah dan juga di pesantren Ahl as-sunnah wal al-Jama’ah.
Buat lebih berguna, kongsi:
close