
Gambar dilansir dari seribusatukisahislami.blogspot.com
Begitu besar kasih sayang dan rasa cinta Rasulullah kepada umatnya...
Satu hal yang perlu disyukuri oleh seluruh umat muslim di dunia ialah bersama-sama mereka mempunyai seorang imam yang sangat mulia dan senantiasa menyayangi mereka tanpa ada batasnya.
Pesan Rasulullah menjelang wafat.
“Wahai ummatku, sesungguhnya kita berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kalian, yaitu sunnah dan Al-Qur’an.
Barangsiapa menyayangi sunnahku, berarti menyayangi aku, dan kelak orang–orang yang mencintaiku akan bersama–sama masuk nirwana bersamaku.” seru Rasulullah SAW.
Ketika mendengar pesan yang tersirat Rasulullah tersebut, para sahabat tak kuasa menahan kesedihan.
Nasihat itu ibarat arahan bahwa Rasulullah tak usang lagi akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Hari yang telah ditentukan pun hasilnya tiba. Rasulullah terbaring sakit. Sekujur tubuhnya demam. Keringat bercucuran dari dahi.
Putri beliau, Fatimah, merawat dengan penuh kelembutan. Ketika ia dalam kondisi sakit, tiba seseorang mengetuk pintu rumah. Fatimah yang merasa gila dengan orang tersebut menolak dengan halus keinginannya untuk bertemu dengan ayahnya.
Rasulullah bertanya kepada Fatimah, siapa tamu yang datang. Fatimah menjawab, ia tidak mengenali orang tersebut. Seketika itu, badan Rasulullah tergetar.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut.” ujar Rasulullah.
Fatimah tak kuasa menahan kesedihannya. Tangisnya pun pecah. Ia akan ditinggalkan ayah yang dicintainya. Ayah yang juga mencintainya. Ayah yang istimewa. Rasulullah yang mulia.
Izrail pun masuk ke dalam rumah, disusul oleh Jibril. Jibril mengabarkan, para malaikat telah bersiap menyambutnya. Pintu–pintu surge, semuanya telah terbuka lebar.”
Namun, Rasulullah masih terlihat cemas.
“Bagaimana dengan nasib ummatku?” tanyanya.
“Jangan khawatir wahai Rasulullah, saya pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, “Kuharamkan nirwana bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya.” tutur Jibril.
Izrail bersiap mencabut ruh Rasulullah. Rasulullah merasa kesakitan. Padahal, Izrail sudah melembutkan caranya dalam mencabut ruh Rasulullah yang mulia.
Jibril memalingkan wajahnya. Ia tak kuasa melihat Rasulullah mencicipi sakitnya sakaratul maut. Di tengah sakit yang tak tertahankan itu,
“Ya Allah, dahsyat nian selesai hayat ini. Timpakan saja semua siksa selesai hayat ini kepadaku. Jangan kepada ummatku”
BACA JUGA: Bersholawatlah Walau Cuma Sekali Sehari, 18 Keutamaan dari Allah ini Akan Kau Dapatkan
Ketika sakaratul mautnya, Rasulullah masih mengatakan rasa cinta kepada ummatnya. Hingga rela apabila semua siksa selesai hayat yang harus dirasakan ummatnya ditimpakan kepada beliau.
Tubuh suci itu mulai masbodoh dan tidak bergerak lagi. Ali mencoba mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah. Terdengar lirih, ia berkata,”Peliharalah shalat dan peliharalah orang– rang yang lemah di antaramu.”
“Ummati…ummati..ummati.”
Tak usang kemudian, wafatlah Rasulullah. Penghulu para Nabi dan Rasul. Rasul yang sangat menyayangi ummatnya.
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad.
Ya Allah kumpulkanlah kami kelak bersama Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasalllam. Aamiin.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Nasihat itu ibarat arahan bahwa Rasulullah tak usang lagi akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Hari yang telah ditentukan pun hasilnya tiba. Rasulullah terbaring sakit. Sekujur tubuhnya demam. Keringat bercucuran dari dahi.
Putri beliau, Fatimah, merawat dengan penuh kelembutan. Ketika ia dalam kondisi sakit, tiba seseorang mengetuk pintu rumah. Fatimah yang merasa gila dengan orang tersebut menolak dengan halus keinginannya untuk bertemu dengan ayahnya.
Rasulullah bertanya kepada Fatimah, siapa tamu yang datang. Fatimah menjawab, ia tidak mengenali orang tersebut. Seketika itu, badan Rasulullah tergetar.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut.” ujar Rasulullah.
Fatimah tak kuasa menahan kesedihannya. Tangisnya pun pecah. Ia akan ditinggalkan ayah yang dicintainya. Ayah yang juga mencintainya. Ayah yang istimewa. Rasulullah yang mulia.
Izrail pun masuk ke dalam rumah, disusul oleh Jibril. Jibril mengabarkan, para malaikat telah bersiap menyambutnya. Pintu–pintu surge, semuanya telah terbuka lebar.”
Namun, Rasulullah masih terlihat cemas.
“Bagaimana dengan nasib ummatku?” tanyanya.
“Jangan khawatir wahai Rasulullah, saya pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, “Kuharamkan nirwana bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya.” tutur Jibril.
Izrail bersiap mencabut ruh Rasulullah. Rasulullah merasa kesakitan. Padahal, Izrail sudah melembutkan caranya dalam mencabut ruh Rasulullah yang mulia.
Jibril memalingkan wajahnya. Ia tak kuasa melihat Rasulullah mencicipi sakitnya sakaratul maut. Di tengah sakit yang tak tertahankan itu,
“Ya Allah, dahsyat nian selesai hayat ini. Timpakan saja semua siksa selesai hayat ini kepadaku. Jangan kepada ummatku”
BACA JUGA: Bersholawatlah Walau Cuma Sekali Sehari, 18 Keutamaan dari Allah ini Akan Kau Dapatkan
Ketika sakaratul mautnya, Rasulullah masih mengatakan rasa cinta kepada ummatnya. Hingga rela apabila semua siksa selesai hayat yang harus dirasakan ummatnya ditimpakan kepada beliau.
Tubuh suci itu mulai masbodoh dan tidak bergerak lagi. Ali mencoba mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah. Terdengar lirih, ia berkata,”Peliharalah shalat dan peliharalah orang– rang yang lemah di antaramu.”
“Ummati…ummati..ummati.”
Tak usang kemudian, wafatlah Rasulullah. Penghulu para Nabi dan Rasul. Rasul yang sangat menyayangi ummatnya.
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad.
Ya Allah kumpulkanlah kami kelak bersama Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasalllam. Aamiin.
Sumber http://www.wajibbaca.com
Buat lebih berguna, kongsi: